MarpuahPubiee


Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita memerlukan zat aditif.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis­-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.
Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.
Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau  menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat  terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
Untuk menghitung batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan, digunakan rumus sebagai berikut
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
Di mana BPM = batas penggunaan maksimum  (mg/kg)
B = berat badan (kg)
K = konsumsi makanan (gr)
Contoh: Hitung BPM bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi makanan harian yang mengandung bahan tersebut (1 kg) dan bobot badan 60 kg ?
Jawab
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
= 2 x 60 x 1.000 /1.000
= 120 mg/kg
Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk 1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen yang berbobot 60 kg adalah 120 mg/kg. Perlu diingat bahwa semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan yang dapat diterima oleh tubuh.
Pada pembahasan berikut disajikan pengaruh negatif dan bahan tambahan pangan langsung yang meliputi: monosodium glutamat, sakarin dan siklamat, zat antioksidan, tartrazin, asam benzoat, kalium sorbat, natrium nitrit dan zat penambah gizi serta batasan penggunaan senyawa-senyawa tersebut yang aman bagi kesehatan manusia.
MarpuahPubiee
 
Yaapp.. article ini akan menceritakan tentang perasaanku baik suka maupun duka selama belajar TEKNIK INFORMATIKA selama 1 semester ini.
Sebenarnya sangat menyenangkan untuk mempelajari Teknik Informatika, karna itu sangat bermanfaat sebagai pengetahuan umum untuk menunjang keseharian kita dalam interaksi kehidupan. Tentunya hal tersebut harus ditunjang juga dengan fasilitas yang memadai dan dosen yang competen.
Secara jujur, belajar teknik informatika yang sudah berjalan saya rasa kurang memuaskan. Disaat jam pelajaran, mahasiswa/i cenderung hanya bertindak sebagai pendengar tanpa bisa langsung mengaplikasikan materi yang sedang dijelaskan oleh Bapak Jasmansyah. hhehe
Yaa !! disini maksudnya fasilitaslah salah satu yang sedang kita bicarakan. Sebagai contoh, Sarana hotspot yang telah disediakan oleh kampuspun tidak bisa menunjang banyak, karena sangat jarang kita bisa mendapat signal wifi yang berada di area kampus.
Tapi, tentunya pengalaman tersebut tidak hanya meninggalkan duka semata. Ada juga kegembiraan dan mmanfaat yang bisa saya dapatkan. Kegembiraan dan manfaat yang bisa didapat dari dosen saya Bapak Jasmansyah yang selain mengajar teknik informasi sering kali sharing tentang pengalaman hidup, memberi nasehat-nasehat yang bermanfaat, dsb.
Selain itu saya juga menjadi lebih tahu mengenai situs-situs bermanfaat yang berhubungan dengan bidang saya khususnya, yaitu KIMIA.
Jadi, suka maupun duka itu biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi hal tersebut agar tidak menjadi boomerang bagi kita. Gampanngnya, ambil saja hikmahnya dan jadikan pelajaran buat kita agar bisa lebih lebik dan mengkoreksi diri.

MarpuahPubiee
Secara kimia, air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen dengan rumus kimia Air adalah H2O. Air bisa berwujud cair, padat, gas dan uap air. Bila dilihat secara terpisah, Hidrogen dan Oksigen adalah dua unsur yang unik. Hidrogen dan oksigen bila secara terpisah dapat bereaksi dan menghasilkan energi panas yang besar, sedangkan setelah bergabung dan membentuk molekul air, justru bersifat sebaliknya yakni bersifat mendinginkan.
Dari semua sumber air yang ada, air asin yang berasal dari laut adalah air dengan jumlah terbanyak yang mencapai sekitar 97% dari jumlah total air yang ada di bumi, sedangkan untuk jumlah total air tawar hanya sekitar 3%. Dimana 2% air tawar yang ada tersedia dalam bentuk es di glasier dan es kutub utara / selatan, sedangkan air tawar sisanya yang 1% paling banyak berada di dalam tanah dan hanya sedikit yang merupakan air permukaan.
Sadar atau tidak, kita umat manusia hampir selalu hanya memanfaatkan air permukaan saja sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan air tersebut hanya tersedia dengan sangat terbatas. Sehingga jumlahnya terus berkurang, belum lagi karena adanya efek pencemaran yang membuatnya menjadi kotor. Maka akan sangat bermanfaat jika kita mampu mengolah air yang kotor menjadi air bersih layak pakai bahkan layak minum.
Sebelumnya kita kenali dahulu syarat-syarat air layak untuk diminum. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Berikut persyaratan fisik dan kimia yang harus dipenuhi :

1.       persyaratan fisik 
•  jernih atau tidak keruh
•  tidak berwarna
•  rasanya tawar 
•  tidak berbau
•  temperaturnya normal
• tidak mengandung padatan-padatan

2.       persyaratan kimia
•  pH netral
•  tidak mengandung kimia beracun
• tidak mengandung garam atau ion-ion logam
•  kesadahan rendah
• Tidak mengandung bahan organik 3. persyaratan mikrobiologis
• Tidak mengandung bakteri pathogen


Pengertian dan Prinsip Pengolahan Air

proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dankegiatan pengolahan air minum adalah :
ü  menurunkan kekeruhan
ü  mengurangi bau, rasa, dan warna
ü  mematikan mikroorganisme
ü  mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air
ü  menurunkan kesadahan
ü  memperbaiki pH prinsip dasar pengolahan air:
ü  Besifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi, lingkungan fisik, maupun sosial budaya setempat
ü  Pengoperasiannya mudah dan sederhana
ü  Bahan-bahan yang digunakan berharga murah
ü  Bahan-bahan yang digunakan tersedia dilokasi dan mudah diperoleh
ü  Efektif, memiliki daya pembersih yang besar untuk memurnikan air


Pembuatan Penjernihan Air Dengan Cara Penyaringan
Bahan :
v  Arang
v  Kran air 
v  Tawas
v  Kaporit
v  Pasir 
v  Ijuk 
v  Kerikil


Alat  :
v Drum/Bak Pengendap dan Drum/Bak Penyaring Tahapan penjernihan air kotor adalah pengendapan dan penyaringan. Media penyaringnya adalah :
v  Pasir - digunkan untuk menyaring padatan. Ukuran pasir yang dipakai biasanya 0,2-0,8 mm. Jika sudah jernuh, pasir harus dibersihkan.
v  Arang Batok - terbuat dari tempurung kelapa/kayu yang dibakar hingga jadi arang. Berguna untuk mengurangi warna dan bau. Ukurannya berdiameter 0.1mm atau berbentuk bubuk. Jika air yang disaring sudah tidak jernih lagi, arang batok harus dicuci atau diganti.
v  Kapur, Tawas, Dan Kaporit - disebut penggumpal koagulan yang membantu zat kimia pencemar menjadi endapan. Selanjutnya air disaring lagi dengan medialain.
v  Penyaring lain-yang mudah didapat adalah Ijuk dan Kerikil. Logikanya batu ukuran besar menyaring kotoran yang besar, begitu seterusya hingga ke ukuran yang paling kecil.

Langkah-langkah:
1)  Air Kotor masuk kedalam bak pengendap, kemudian masukkan 1 gr tawas/10 liter air, 1 gr kapur/10 liter air dan 2,5 gr kaporit/10 liter air. Aduk air dalam bak secara perlahan dan satu arah. Diamkan agar endapan terpisah dari air. Pengadukan ini sebaiknya dilakukan pada malam hari sehingga pada pagi hari pengendapan berlangsung sempurna. Buka keran pada bak pengendap secara perlahan agar endapan tidak terbawa pada bak penyaringan.
2)     Pada bak Penyaringan, susun media penyaringan sebagai berikut :
   -  Kerikil setinggi 5 cm pada dasar bak
   -  Arang Batok setinggi 10 cm
   -  Ijuk setinggi 10 cm
   - Pasir Halus berdiameter 0,25 - 0,1 mm setinggi 20 cm

Air yang megalir dari Bak Pengendapan akan dijernihkan lagi melalui proses penyaringan sehingga diharapkan air bersih akan keluar pada saat keran dibuka. Jika air yang keluar pada bak ke dua sudah tidak jernih lagi, medai penyaring perlu dicuci atau diganti yang baru. Penggunaan drum sebagai bak Pengendapandan Bak Penyaring dapat diganti dengan pemakaian Gentong.